Kebijakan Politik Obama di Afganistan

Amerika Tingkatkan Militer di Afghanistan

Fokus kebijakan luar negeri Amerika Serikat, berubah dari Irak ke Afghanistan. Sampai pertengahan tahun ini, jumlah pasukan Amerika Serikat di Afghanistan akan ditambah.


Pemerintahan Obama mempertimbangkan dilipat gandakannya kekuatan Amerika Serikat di Afghanistan. Dalam delapan belas bulan mendatang jumlah pasukannya akan ditambah dari 36 ribu tentara menjadi lebih 60 ribu tentara. Demikian ungkap Menteri Pertahanan Robert Gates kepada Komisi Angkatan Bersenjata Senat AS.

“Tak bisa disangkal bahwa secara militer tantangan terbesar kami adalah Afghanistan. Seperti Anda ketahui, selama beberapa bulan terakhir Amerika memfokuskan perhatiannya kepada kawasan Asia Tengah. Presiden Obama telah menegaskan bahwa panggung Aghanistan merupakan prioritas militer kita di luar negeri", tutur Robert Gates.

Meski begitu, Gates juga memperingatkan bahwa peningkatan jumlah pasukan yang terlalu besar dapat memberikan kesan bahwa Amerika Serikat menduduki Afghanistan. Disebutkan, bahwa rakyat Afghanistan perlu merasa bahwa perlawanan terhadap Taliban itu merupakan perjuangan demi kepentingan rakyat itu sendiri. Ia menambahkan, terbunuhnya warga sipil dalam aksi-aksi militer Amerika merupakan masalah besar yang sensitif.

Di Kabul akhir pekan lalu, rakyat Afghanistan berdemonstrasi memrotes sebuah operasi militer yang dipimpin Amerika Serikat. Para demonstran menyatakan diantara 15 orang tewas yang disebut sebagai milisi oleh militer Amerika, 10 orang adalah warga sipil.

Menurut Robert Gates, dalam mengatasi masalah di Afghanistan dibutuhkan solusi yang seimbang. Oleh sebab itu, Gates mencanangkan dukungan lebih besar untuk militer Afganistan. Ia juga mengatakan, penambahan pasukan Afghanistan dari 80 ribu menjadi sedikitnya 134 ribu pasukan akan membuka jalan bagi Amerika Serikat untuk menarik pulang pasukannya di kemudian hari.

Menteri Pertahanan AS, Robert Gates mengingatkan, bahwa tidak akan ada penyelesaian yang sepenuhnya bersifat militer. Ia menunjuk pada kegiatan non militer di Afghanistan,

“Ada lebih dari empat puluh negara, ratusan NGO, universitas, bank-bank pembangunan, Perserikatan Bangsa-bangsa, Uni Eropa, Nato dan lebih banyak lagi. Semua berusaha untuk membantu sebuah negara yang tertekan oleh kemiskinan, perdagangan narkotika yang menyuluh korupsi dan kelompok pemberontak yang tangguh.”

Gates mengritik kurangnya koordinasi antara Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa dan NATO. Kegagalan koordinasi yang menyebabkan tidak efektifnya bantuan itu, berakibat fatal di Afghanistan.

Belakangan, kelompok Taliban yang sebelumnya dianggap melemah, kini kembali aktif. Kemiskinan yang tak teratasi, kurangnya pembangunan telah menebar frustasi dan ketidak puasan di Afghanistan dan hal itu digunakan oleh Taliban. Kini tujuh tahun setelah Taliban tercerai-berai, dari markas-markas persembunyian di perbatasan dengan Pakistan, mereka kembali meluncurkan aksi-aksi teror terhadap masyarakat.

Penambahan tentara Amerika Serikat akan berlangsung dalam dua gelombang. Diperkirakan dua brigade akan ditugaskan pada awal tahun, selanjutnya satu brigade lain akan menyusul. (ek)



Afganistan, Agenda Utama Obama di NATO

INILAH.COM, Strasbourg - Agenda Presiden AS Barack Obama di Eropa tak hanya masalah ekonomi global. Di hadapan pada pemimpin negara anggota NATO, ia membawa Afganistan sebagai isu utama yang harus dibahas.

Namun aliansi yang beranggotakan 28 negara itu sepertinya enggan membicarakan mengenai recana Obama untuk menambah kekuatan disana. Mereka lebih tertarik untuk memperbaiki hubungan dengan Rusia.

Presiden Rusia Dmitry Medvedev sebelumnya telah memperingatkan NATO untuk tidak mengekpansi kekuatan ke Timur. Terutama menjelang konferensi peringatan ulang tahun NATO ke-60.

Berdasarkan laporan AP, Jumat (3/4), Obama dijadwalkan akan menemui Presiden Prancis Nicholas Sarkozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel sebelum NATO.

Kemampuan NATO untuk memutuskan mengenai perang di Afghanistan, merupakan sebuah ujian penting terhadap kekuasaan dan relevansi aliansi itu. Pemerintahan Eropa telah menyepaikan mereka enggan meladeni kebijakan Obama untuk menambah kekuasaan di negara asal kelompok militan ekstrem Al Qaeda itu.

NATO lebih tertarik untuk membawa masuk misi-misi humanitarian dan membantu pembangunan di Kabul. Hal ini sesuai kehendak Rusia, yang akhirnya menolak keanggotaan Georgia dan Ukraina yang pro Barat.

“NATO harus memikirkan persatuan dan tak melukai hubungan dengan negara lain,” ujar Presiden Medvedev. Meski demikian, Medvedev cukup puas telah membuka sebuah hubungan yang baik dengan AS melalui Presiden Barack Obama. [vin/nuz]


Obama: Afganistan Lebih Rumit dari Irak

WASHINGTON, SENIN - Presiden AS Barack Obama mengisyaratkan kemungkinan perundingan dengan elemen-eleman Taliban yang moderat di Afganistan sebagai bagian dari proses rekonsiliasi.

Obama mengatakan kepada harian New York Times bahwa pasukan Amerika di Irak berhasil membujuk sebagian kalangan Islam radikal untuk menjauhkan diri dari taktik Al Qaeda untuk bekerja sama.

Dia mengatakan ada kemungkinan kesempatan serupa bisa diterapkan di Afganistan, meski situasinya lebih rumit. Saat ditanya apakan Amerika sudah menang di Afganistan, Obama menjawab: "Tidak."

Satu bulan setelah dilantik sebagai presiden Amerika, Obama telah memerintahkan pengerahan hingga 17.000 tentara tambahan di Afganistan. Obama dan para penasihatnya kini sedang mengkaji strategi Amerika di Afganistan dan memperhatikan taktik yang berhasil di Irak.

"Kemungkinan ada kesempatan yang sama di wilayah Afganistan dan Pakistan," ujarnya dalam wawancara di atas pesawat kepresidenan, Air Force One.

Menyangkut kebijakan Amerika di Irak, dia mengatakan: "Jika anda berbicara dengan Jenderal Petraeus, saya berpendapat dia akan mengatakan kesuksesan di Irak sebagian karena melibatkan pihak yang kita anggap sebagai kaum fundamentalis Islam, tetapi bersedia bekerjasama dengan kita karena mereka telah memisahkan diri dengan taktik Al Qaeda di Irak."

Namun situasi di Afganistan bisa berbeda. "Situasi di Afganistan lebih rumit," ujarnya seperti dikutip oleh harian New York Times. "Di Afganistan wilayahnya kurang ada pemerintahan, ada suku setempat memiliki kebebasan luar biasa. "Suku-suku itu banyak jumlahnya dan bergerak sesuai dengan kepentingan mereka, jadi mengetahui itu semua merupakan tantangan besar."

Dia juga berbicara mengenai langkah yang harus diambil Amerika jika seorang tersangka teroris berada di negara yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan AS.

"Mungkin ada situasi, saya tekankan lagi 'mungkin' karena kami belum mengambil keputusan, misalnya seorang anggota Al Qaeda yang tidak terlalu terkenal, muncul di negara ketiga yang tidak memiliki perjanjian esktradisi dengan kita atau tidak mau mengadilinya, tetapi kita anggap orang itu sangat berbahaya," ujarnya. "Kita harus memikirkan langkah menghadapi skenario seperti itu," tambahnya.



Obama: Perdamaian Bagi Irak Dan Afganistan

VIDEO - berita-politik-dunia.infogue.com - Dalam pidato pelantikannya, Presiden Amerika Serikat Barack Obama juga menyoroti kebijakan luar negerinya. Baginya, paduan roket dan tank, bukanlah suatu kekuatan yang bisa melindungi mereka.Namun, kebersamaan, baik antar warga negara Amerika dan juga seluruh bangsa di dunia. Termasuk, Irak dan Afganistan."Perlu kerjasama yang besar dan pengertian yang tinggi antar bangsa. Kita mulai bertanggung jawab terhadap Irak dan warganya. Juga untuk menciptakan perdamaian di Afganistan. Dan juga pada kawan-kawan yang telah bekerja keras menyelidiki bahaya nuklir."Barack juga menyerukan agar semua orang, tak hanya di Amerika, dan juga di belahan dunia manapun, mulai menyingkirkan perbedaan-perbedaan yang bisa berujung pada perang saudara. Demi mencapai era baru dunia, yang damai." Kita tahu, karakter kita sangat kuat, tidak lemah. Itu karena kita terdiri dari Kristen dan Muslim, Yahudi dan Budha, bahkan mereka yang tidak beragama, apapun bahasa dan budayanya."Barack juga menyerukan Amerika agar memainkan perannya untuk mewujudkan perdamaian dunia. Selain berangkat dari keterpurukannya sendiri.



Obama: Taliban dan Al Qaeda Harus Ditumpas

Presiden AS Barack Obama mengerahkan 4.000 personel militer ke Afganistan untuk "menangkal, melumpuhkan, serta menumpas" jaringan teroris Al Qaeda di Afganistan dan negara tetangga Pakistan. Obama menekankan pasukan AS tambahan ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan angkatan bersenjata Afganistan memerangi teroris yang menurut Obama sedang merencanakan serangan baru terhadap AS. Obama menyebut situasi di Afganistan "bertambah rawan" lebih dari 7 tahun setelah Taliban digulingkan dari kekuasaan di negara tersebut.

"Apabila Pemerintah Afganistan kembali jatuh ke tangan Taliban dan Al Qaeda menjadi kekuatan yang tak tertandingi, maka Afganistan akan kembali menjadi basis teroris," tegas Obama. Obama mengumumkan pengerahan pasukan serta rencana mengirimkan ratusan warga sipil tambahan ke Afganistan. Dengan didampingi oleh Menteri Pertahanan AS Robert Gates dan Menteri Pertahanan Robert Gates di Washington, Obama menyampaikan pengumuman itu menyusul diadakannya tinjauan terhadap sebuah kebijakan yang diloloskan tidak lama setelah ia diangkat sumpahnya sebagai presiden AS. Sudah pasti terdapat risiko dan ancaman pembengkakan anggaran dari strategi yang diterapkan Obama ini. Aksi kekerasan di Afganistan meningkat.

Personel militer AS yang tewas di Afganistan meningkat hingga 35 persen tahun lalu saat militan mengalihkan fokus perjuangannya dengan mengarahkan serangan ke tentara Barat. Rencana Obama tersebut juga diperkirakan akan menelan dana tambahan hingga miliaran dollar AS. Selain itu, rencana pengiriman pasukan AS itu tak disertai jadwal penarikan pasukan. Obama memperingatkan teroris Al Qaeda yang menjadi dalang serangan teroris 11 September 2001 sedang giat menyusun serangan baru ke AS dari Pakistan. Obama juga memperingatkan ancaman jatuhnya kembali Pemerintah Afganistan ke militan Taliban.

"Jadi saya ingin masyarakat AS mengerti bahwa kami mempunyai tujuan yang jelas dan terfokus: menangkal, melumpuhkan, serta menumpas Al Qaeda di Pakistan dan Afganistan serta menghalangi upaya jaringan teroris ini kembali berkuasa ke negara mana pun di masa mendatang," tegas Obama. "Itulah tujuan yang harus dicapai. Dan bagi teroris yang menentang AS, pesan saya tetap sama: kami akan menaklukkan kalian," tambahnya. Obama akan melancarkan upaya diplomatik secara meluas dan intensif bagi upayanya itu dengan merangkul kerja sama internasional, termasuk dengan Rusia, China, India, Arab Saudi, dan bahkan Iran.

Terdapat sekitar 65.000 personel pasukan internasional di Afganistan. Lebih dari separuh personel pasukan internasional tersebut berasal dari AS. Sebanyak 4.000 pelatih militer yang akan dikerahkan Obama di Afganistan berasal dari 82nd Airborne Division, Fort Bragg, Carolina Utara. Seluruh pasukan yang mencakup pasukan tempur itu akan berada di Afganistan pada musim gugur nanti.


Kebijakan Baru Obama Di Afghanistan


“Dukungan dari internasional sangat baik. Kami akan membangun kembali kekuatan militer di Afghanistan”, penjelasan Jendral Jones. Seperti diberitakan berbagai media, bahwa Presiden Obama memberikan perhatian khusus terhadap Afghanistan. Presiden AS itu yang berkali-kali menyatakan, ingin memperbaiki hubungan dengan dunia Islam, kenyataannya justru memperbesar konflik di Afghanistan.

“Kekuatan militer tidak satu-satunya pilihan kami. Kami akan membuat berbagai pilihan yang lebih”, ungkap Jendral Jim Jones. “Saya menekankan kerjasama internasional yang lebih kokoh, agar dapat mengakhiri konflik di Afghanistan”, tambahnya. Nampaknya, Jones yang dipercaya Obama menjadi Ketua Penasehata Keamanan Nasional (NSC), menjadi masalah Afghanistan menjadi isu ‘tunggal’ dalam Konferensi Keamanan di Munich, beberapa hari yang lalu.

Langkah kebijakan strategis yang akan diambil AS di Afghanistan, lebih mirip yang dilakukan di Iraq, yaitu memecah belah kelompok-kelompok suku, dan golongan yang ada di wilayah itu. Taktik ini dijalankan Jendral David Petraeus, yang behasil menghancurkan kekuatan perlawanan di Iraq, melalui cara pecah-belah atau adu-domba. Selama di Iraq, Petraeus menggunakan unsur-unsur lokal, yang saling berbeda, termasuk mengadu-domba kelompok Syiah dengan Sunni, dan kelompok Sunni dengan Kurdi, atau kelompok Syiah dengan Syiah. Kelompok Syiah radikal yaitu kelompok Moqtada al-Sadr dengan pengikutnya al-Maliki. Konflik yang luas di Iraq antara kelompok-kelompok suku, dan aliran, menyebabkan perlawanan terhadap AS melemah. Strategi ini akan dijalan di Afghanistan oleh David Petraeus.

“Kami tidak memiliki formula yang mujarab dan instant”, ujar Richard Holbrooke, yang ditunjuk Presiden Obama, menjadi utusan khusus untuk Afghanistan. Jendral Petraues, yang menjadi panglima pusat komando di Afganistan, di Munich menegaskan : “Situasi di Afghanistan sangat sulit dan kritis”, tambah Petraeus. Sekarang yang dilakukan AS melakukan pendekatan dengan kepala suku yang ada diperbatasan Pakistan dan Afghanistan, menghadapi Taliban dan Al-Qaidah. Langkah ini diharapkan dapat menghentikan offensive militer pejuang Taliban, yang semakin massif.

Obama melalui Kepala Dewan Keamanan Nasional (NSC) ingin memenangkan perang di Afghanistan, dan sekarang mengkonsolidasikan seluruh kekuatan sekutunya, yang tergabung dalam Nato, menghadapi Taliban dan Al-Qaidah. Dan, seperti pidato-pidato Obama, yang berjanji akan bersikap tegas dan berperang dengan kekuatan ‘teroris’ di Afghanistan, yaitu Taliban dan Al-Qaidah. “Saya tidak ingin Afghanistan dan Pakistan menjadi tempat persemaian teroris”, tandas Obama.

Sementara itu, Komandan Pasukan Nato di Eropa, Jendral John Craddock, segera mengirim 5.000 pasukan Nato ke Afghanistan, guna memperkuat kekuatan internasional. Tapi, AS dan kekuatan Nato dapatkah memenangkan perang di Afghanistan?

Semakin jelaslah bagaimana AS membangun dominasi di Timur Tengah melalui kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk menguasai sumur-sumur minyak negeri-negeri arab.

Sumber:eramuslim.com





Amerika Tingkatkan Militer di Afghanistan



Fokus kebijakan luar negeri Amerika Serikat, berubah dari Irak ke Afghanistan. Sampai pertengahan tahun ini, jumlah pasukan Amerika Serikat di Afghanistan akan ditambah.

Pemerintahan Obama mempertimbangkan dilipat gandakannya kekuatan Amerika Serikat di Afghanistan. Dalam delapan belas bulan mendatang jumlah pasukannya akan ditambah dari 36 ribu tentara menjadi lebih 60 ribu tentara. Demikian ungkap Menteri Pertahanan Robert Gates kepada Komisi Angkatan Bersenjata Senat AS.

“Tak bisa disangkal bahwa secara militer tantangan terbesar kami adalah Afghanistan. Seperti Anda ketahui, selama beberapa bulan terakhir Amerika memfokuskan perhatiannya kepada kawasan Asia Tengah. Presiden Obama telah menegaskan bahwa panggung Aghanistan merupakan prioritas militer kita di luar negeri", tutur Robert Gates.

Meski begitu, Gates juga memperingatkan bahwa peningkatan jumlah pasukan yang terlalu besar dapat memberikan kesan bahwa Amerika Serikat menduduki Afghanistan. Disebutkan, bahwa rakyat Afghanistan perlu merasa bahwa perlawanan terhadap Taliban itu merupakan perjuangan demi kepentingan rakyat itu sendiri. Ia menambahkan, terbunuhnya warga sipil dalam aksi-aksi militer Amerika merupakan masalah besar yang sensitif.

Di Kabul akhir pekan lalu, rakyat Afghanistan berdemonstrasi memrotes sebuah operasi militer yang dipimpin Amerika Serikat. Para demonstran menyatakan diantara 15 orang tewas yang disebut sebagai milisi oleh militer Amerika, 10 orang adalah warga sipil.

Menurut Robert Gates, dalam mengatasi masalah di Afghanistan dibutuhkan solusi yang seimbang. Oleh sebab itu, Gates mencanangkan dukungan lebih besar untuk militer Afganistan. Ia juga mengatakan, penambahan pasukan Afghanistan dari 80 ribu menjadi sedikitnya 134 ribu pasukan akan membuka jalan bagi Amerika Serikat untuk menarik pulang pasukannya di kemudian hari.

Menteri Pertahanan AS, Robert Gates mengingatkan, bahwa tidak akan ada penyelesaian yang sepenuhnya bersifat militer. Ia menunjuk pada kegiatan non militer di Afghanistan,

“Ada lebih dari empat puluh negara, ratusan NGO, universitas, bank-bank pembangunan, Perserikatan Bangsa-bangsa, Uni Eropa, Nato dan lebih banyak lagi. Semua berusaha untuk membantu sebuah negara yang tertekan oleh kemiskinan, perdagangan narkotika yang menyuluh korupsi dan kelompok pemberontak yang tangguh.”

Gates mengritik kurangnya koordinasi antara Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa dan NATO. Kegagalan koordinasi yang menyebabkan tidak efektifnya bantuan itu, berakibat fatal di Afghanistan.

Belakangan, kelompok Taliban yang sebelumnya dianggap melemah, kini kembali aktif. Kemiskinan yang tak teratasi, kurangnya pembangunan telah menebar frustasi dan ketidak puasan di Afghanistan dan hal itu digunakan oleh Taliban. Kini tujuh tahun setelah Taliban tercerai-berai, dari markas-markas persembunyian di perbatasan dengan Pakistan, mereka kembali meluncurkan aksi-aksi teror terhadap masyarakat.

Penambahan tentara Amerika Serikat akan berlangsung dalam dua gelombang. Diperkirakan dua brigade akan ditugaskan pada awal tahun, selanjutnya satu brigade lain akan menyusul. (ek)










Followers